PENJELASAN TENTANG AKHIR KEHIDUPAN HAMBA DI DUNIA (bag. 1)

 Pembaca rahimakumullah...

Pada tulisan ini, penulis ingin  menyebutkan sebuah hadits yang menceritakan tentang akhir perjalanan ruh seorang hamba yang mukmin atau pun kafir. Mari kita simak sebuah berita dari nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.

Dicabutnya Ruh Seorang Mu’min[1]

    Sebagaimana dikisahkan oleh sahabat mulia Barra’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu beliau berkata : “ Sungguh peristiwa ini terjadi saat kami keluar bersama Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam dalam rangka mengurus jenazah seorang laki-laki dari kalangan Anshar.

Tatkala kami selesai menggali kubur, pria itu belum juga dimakamkan. Melihat kondisi demikian Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam pun duduk sambil memegang sebilah tongkat, akhirnya aku dan sahabat yang lain duduk bersama beliau, kami duduk dengan tenang seakan di atas kepala kami ada burung yang sedang hinggap.

Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam kemudian memukul-mukulkan tongkat tersebut ketanah sambil menengadahkan kepala ke atas langit seraya bersabda:

Sesungguhnya seorang hamba  yang mukmin bila berada dipenghujung dunianya dan akan menghadap kepada akhirat, datang kepadanya para Malaikat dari langit, putih wajahnya laksana matahari di langit. Bersama Malaikat itu ada kain kafan serta parfum yang dibawa dari Surga. Para Malaikat itu pun duduk dalam keadaan bisa dilihat dari jarak sejauh mata memandang.

Datangnya malaikat maut.

Datanglah malaikat maut lalu duduk di samping kepalanya kemudian berkata, “Keluarlah engkau wahai jiwa yang tenang, keluarlah menuju ampunan Rabbmu dan keridhaan-Nya.” Ruh itu pun keluar dengan lembut seperti aliran air sebagaimana air yang tercurah dari bejana.

Malaikat maut itu membawa ruh tersebut naik  keatas. Para malaikat yang melihatnya langsung menyambut dan meletakkan ruh itu di atas kain kafan dan diberikan wewangian dari surga.

Naiknya ruh ke langit dunia.

Para Malaikat tadi membawa ruh tersebut keatas. Tidaklah mereka melewati segerombolan malaikat kecuali perkumpulan malaikat itu bertanya-tanya, siapa ruh yang baik ini?. Dia adalah fulan bin fulan (dengan nama  terindah yang dahulu pernah dia dipanggil dengannya saat di dunia), jawab malaikat yang membawanya.

Peristiwa ini terus berulang hingga tersebarlah kabar dengan nama harumnya. Hingga sampailah ruh ini di langit dunia.

Pintu langit terbuka.

Para Malaikat yang membawa ruh itu meminta izin agar pintu langit dibukakan, maka dibukalah untuk mereka. Akhirnya para Malaikat itu terus membawanya naik hingga berakhir di langit yang ketujuh. Pada saat itulah Allah berkata, “Tulislah catatan hamba-Ku ini di ‘illiyyin[2] kemudian kembalikan ia ketanah karena darinya Aku menciptakannya maka kepadanya pula Aku mengembalikannya dan darinya Aku membangkitkannya.[3]

Dikembalikannya ruh mukmin ke bumi.

Setelah para Malaikat mengantarkan catatan amal seorang mukmin tersebut maka dikembalikanlah ia ke muka bumi. Tiba-tiba ia didatangi dua orang malaikat dan mendudukkannya, kemudian keduanya berkata, “Siapa Rabbmu?” Rabbku adalah Allah, tegasnya. Kemudian kedua malaikat tadi bertanya kembali, “Apa agamamu?” agamaku adalah Islam, jawabnya.

 Kedua malaikat itu masih bertanya untuk yang ketiga kalinya, “Siapakah lelaki yang diutus oleh Allah kepadamu?” Dia adalah Muhammad sallallahu alaihi wa sallam utusan Allah .kedua malaikat itu menimpali dan berujar, “Darimana pengetahuanmu tentangnya?” Aku mengetahuinya karena aku membaca al Quran kemudian aku beriman dengan al Quran itu serta membenarkannya.

Tiba-tiba ada suara yang memanggil dari atas langit, sungguh hamba-Ku telah jujur, berikan dia tempat di Surga, pakaikanlah dia dari pakaian Surga, dan bukakanlah dia pintu menuju Surga. Maka terhiruplah olehnya aroma wangi dari Surga dan kuburannya diluaskan sejauh mata memandang.

Datangnya seorang lelaki yang tampan rupawan sebagai teman hingga hari kiamat.

Tidak lama setelah itu datanglah seorang lelaki yang sangat tampan rupawan dan sangat indah penampilannya seraya berkata, “Bersenang-senanglah engkau dengan sesuatu yang telah membuatmu bahagia, inilah hari yang telah dijanjikan untukmu.” Ruh itupun  terdiam nampak kebingungan dan berkata, “Siapa engkau ini? Sungguh engkau datang seakan membawa kebaikan ?!” Aku adalah amalanmu yang saleh, jawabnya. Mendengar jawaban dari seorang lelaki itu maka ruh itu pun berdoa : “ Ya Allah segerakanlah hari kiamat agar aku bisa kembali kepada keluarga dan hartaku.


[3] Allah membangkitkan di sini untuk dihitung amal perbuatannya antara baik dan buruk sekaligus menentukan tempat kembalinya apakah di Surga atau Neraka yang terjadi nanti di hari akhir, yaumul qiyamah. Allah berkata,

زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ لَنْ يُبْعَثُوا قُلْ بَلَى وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ وَذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ (7) فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالنُّورِ الَّذِي أَنْزَلْنَا وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (8)

“Orang-orang yang kafir mengatakan, bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: "Tidak demikian, demi Rabbku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya (Al Qur'an) yang telah Kami turunkan.Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(QS at-Taghaabun: 7-8)

Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di menerangkan di dalam tafsirnya beliau menuturkan,

“Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengabarkan akan penetangannya orang-orang kafir dan sangkaan mereka yang bathil serta pendustaan mereka mengenai hari kebangkitan. Mereka melakukan pembangkangan ini tanpa didasari oleh ilmu dan petunjuk. Oleh karena itu Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan makhluk-Nya yang termulia Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wa sallam untuk bersumpah  atas nama Rabbnya bahwa hari kebangkitan adalah benar adanya dan akan menjadi hari yang membalas setiap amal perbuatan mereka.”

[2]‘Illiyyin adalah tempat tertinggi yang ada di surga, maka tatkala diletakkannya catatan roh itu  di ‘illiyyin ternyata diketahui bahwa catatanya berada di dalam kenikmatan. Disebutkan pula arti dari ‘illiyyin adalah sebuah nama yang mencakup seluruh ketentraman hati.roh, dan badan. (Lihat : Tafsir as Sa’di)

[1]Dikeluarkan oleh al-Imam Ahmad (4753), ibnu Majah (1548), dan dishahihkan oleh al-Bani. Lihat as-Shahih no. 1676.

Ishlah Lahamido.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama